Tameng Yang Ada Tentang Ghaib Untuk Pengemudi Truk - KISAH MISTERI

Breaking


Post Top Ad




Wednesday, April 18, 2018

Tameng Yang Ada Tentang Ghaib Untuk Pengemudi Truk

Tameng Yang Ada Tentang Ghaib Untuk Pengemudi Truk


IDOLACASH.COM  Supir truk, profesi satu ini nyatanya bukan perkara mudah. Dalam perjalanannya, mereka dapat menempuh waktu hingga minggu bahkan bulanan di jalanan. Terpaksa mereka pun harus meninggalkan rumah beserta keluragnya demi sesuap nasi. Selain itu, sang pengemudi juga dituntut konsentrasi tinggi untuk memperhatikan arah sekitar jalan. Maklum saja, kendaraan besar tersebut mempunyai titik buta dan sangat rentan mengalami kecelakaan. Apabila sang pengemudi dikagetkan dengan pengendara lain yang muncul secara mendadak.


Nyi Ageng Jarit

Tidak hanya di situ, sang sopir juga dituntut berani melewati jalan dan tikungan yang dianggap angker. Sebagaimana contoh alas purwo, tikungan capali, tanjakan gombel dll. Jalan-jalan tersebut penuh sesak dengan cerita mistis dan juga diamini oleh para pengemudi. Belum lagi, perkara yang mengagetkan itu muncul dari sosok makhluk astral. Untuk urusan satu ini tentunya harus ditangkal dengan perkara astral pula. Mereka sering menyebutnya Nyi Ageng Jarit. Dia adalah seseok perempuan yang menggunakan jarit atau jarik. Sosoknya adalah wanita manis dengan balutan jarit menutupi dirinya. Kemudian, ia juga mempunyai selendang dengan rupa dan motif yang tidak berbeda indahnya. Sedangkan rambutnya digelung selayaknya konde.

Makhluk astral ini biasanya duduk dibelakang bak terbuka. Kemudian, ia sering mengibas-ngibaskan selendangnya untuk mengusir makhluk ghaib yang usil. Aku pernah melihatnya sedang memainkan selendang dan tersenyum. Kala itu, aku melakukan perjalanan dari Semarang menuju Yogya. Di Pring Surat, Temanggung, truk bermuatan pasir berada di depanku. Peristiwa itu membuatku kaget setengah mati dan aku hampir saja oleng.


Uniknya, ia tersenyum dan terus tertawa terkekeh-kekeh sambil mengibarkan jaritnya. Kata orang-orang, apabila melihat sosok itu, lebih baik melambangkan diri dan menunggunya berlalu. Masalahnya, ia juga dapat memecah konsentrasi pengendara lain apabila ingin menyalip. Truk bertuliskan ‘Muatanku tak seberat rindumu’ di bokongnya itu aku biarkan saja melaju dengan kencang pada jam 01.00 malam.

Pengalaman kedua

Peristiwa di Temanggung pinggiran itu nyatanya membuatku berpikir dua kali ketika berada di bokong truk. Apalagi ketika malam sudah mulai larut. Tapi mau dikata apa, terkadang aku memilih malam seperti itu karena perjalanan Semarang ke Yogyakarta dengan sepeda motor membuat waktu semakin terpangkas. Wajar saja, intensitas pengendara tidak sebanyak ketoka siang, belum lagi keamanannya sudah dijamin dengan adanya pos polisi di sekitar jalan itu.

Tapi, namanya juga nasib, aku menemui truk dengan pegangan yang sama. Nyi Ageng Jarit sedang duduk nyantai di atas truk. Waktu  itu pukul 11.30 malam ketika aku sampai di sekitar desa Tempur. Jalan protokol Yogya-Semarang juga. Entah muatan apa yang ia bawa.

Pandangananku tetutup oleh terpal yang disangga oleh bambu. Kali ini, aku memantapkan diri untuk mengejarnya, tapi terus membaca apapun yang dianggap suci. Ayat dan kalimat penghalang perkara ghaib telah terkomat-kamit dari mulutku. Ia pun terus tertawa geli sambil melayang-layangkan jaritnya ke mukaku. Lantaran kesal dengan perbuatannya, aku ingin mengambil selendang tersebut. Konon, selendang itu bermanfaat  untuk menangkal uilmu pelet.

Namun, usahaku merebut selendang berkali-kali gagal karena kelincahan si Nyai. Ia benar-benar lihai memainkan tarik-ulur kibasannya. Masalah lain, si pengemudi nampaknya mengetahui kemampuanku untuk melihat ‘tamengnya’. Mungkin ia melihat dari spionnya karena ada terus membuntutinya sekitar 200 meter. Akhirnya, mereka pun melaju dengan kecepatan penuh dan berbelok ke arah Magelang kampung.


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad


Pages